Rabu, 06 Oktober 2010

Esai Opini


Pendidikan Islami Sebagai Langkah Perbaikan Moral dan Mutu Bangsa

Ilmu merupakan suatu kebutuhan mendasar, bahkan menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang sejak dilahirkan hingga berakhir hayatnya. Orang yang mempunyai ilmu dangkal, pasti akan sangat mudah dikalahkan, bahkan ditindas oleh para ilmuwan. Mereka akan dengan mudah dianiaya, diinjak-injak, ataupun dihina. Sebagaimana yang diceritakan Pramoedya dalam Bumi Manusia bahwa setiap bangsa akan runtuh tanpa menguasai ilmu pengetahuan, dan melawan setiap yang lebih berilmu sama saja menyerahkan diri pada kebinasaan. Sejenak jika dipikirkan, perkataan Pramoedya memang harus dipertimbangkan. Itu menunjukkan betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan setiap orang yang berakal. Namun, masih ada saja masalah yang timbul. Apakah ilmu pengetahuan itu lebih penting ketimbang pendidikan agama?
Marilah kita lihat permasalahan negara-negara maju dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mereka bisa merancang berbagai jenis alat yang berkualitas dan berguna bagi kehidupan demi menunjang proses bekerja. Dengan bantuan alat-alat tersebut, bekerja bisa menjadi lebih efektif dan efisien. Namun, pernahkah para ilmuwan tersebut mempertimbangkan dampak negatifnya? Pernahkah mereka menimbang bahayanya menciptakan mesin-mesin perang, bom, nuklir. Jika mereka hanya mengembangkan intelektualnya saja, pasti hal buruk lah yang akan menjadi hasil akhir. Banyak yang telah melupakan betapa pentingnya SQ (Spiritual Quotient). 

             Sebenarnya Islam sangatlah peduli pada ilmu pengetahuan karena memang pada dasarnya Islam merupakan agama yang sensitif terhadap masalah pendidikan. Sebagaimana kisah Nabi Muhammad ketika mendapat wahyu pertama, surah Al Alaq ayat 1-5 dimana Alloh menyuruh Rasulullah untuk membaca melalui perantara Malaikat Jibril. Hal ini menunjukkan bahwa Islam peduli pada pendidikan. Alloh telah berfirman dalam Al Qur’an bahwa Alloh akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (QS Al Mujadalah 58:9). Alloh pun telah menetapkan bahwa ilmu pengetahuan memang berpengaruh bagi kehidupan umat manusia.
Islam telah mengajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan baik tantang akhlak, sastra, tafsir, bahkan sampai kedokteran. Seperti kita tahu Ibnu Sina, seorang cendekiawan Islam yang terjun ke dalam ilmu medis sampai dapat mengembangkan ilmunya dan diakui oleh negeri barat. Begitu juga dengan Al Khwarizmi yang banyak memberi kontribusi bagi dunia ilmu pengetahuan, khususnya matematika. Mereka adalah cendekiawan Islam yang tentu saja berpegang teguh pada Al Qur’an. Hal tersebut menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari agama. Sehingga Intelligence Quotient (IQ) haruslah seimbang dengan Spiritual Quotient (SQ). Jika keduanya berjalan bersama, tentulah manfaat dari ilmu pengetahuan bisa lebih nyata dan dirasakan.
Dalam Islam, ditekankan bahwa pendidikan agama dan ilmu pengetahuan atau sains haruslah berjalan seimbang. Jika hanya berat sebelah, hanya masalah yang akan timbul. Kita tahu bahwa berat sesuatu yang tak seimbang itu tidak baik. Islam tidak memisahkan antara masalah dunia dan akhirat. Dunia mempengaruhi apa yang akan kita bawa ke akhirat. Jadi, ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari pendidikan agama.  Sebagaimana firman Alloh dalam surah Al Mujadalah 58:11 bahwa iman dan ilmu pengetahuan memang tidak bisa dipisahkan.
Hal yang terpenting dari pendidikan islam adalah penanaman moral dan akhlaqul karimah. Sepandai-pandai orang, kalau ia tidak punya akhlak serta moral yang mulia, ilmunya takkan ia tempatkan pada tempat yang sesuai. Hanya kedholiman saja yang akan ia timbulkan. Namun, orang yang hanya bermoral tapi kurang ilmu juga tidak baik, karena ia akan kesulitan dalam hidupnya. Penyeimbangan antara ilmu pengetahuan dengan agama sangat penting. Seseorang yang kuat di agamanya serta luas pengetahuannya, dia bisa menyebarkan manfaat dari ilmunya serta berperilaku sesuai dengan norma dan nilai–nilai yang ada.
Masalahnya sekarang adalah masih dipisahkannya antara pendidikan agama dengan ilmu pengetahuan. Pemerintah masih membedakan antara pendidikan formal dan informal, dimana pendidikan informal adalah pendidikan islam, seperti tahsin Al Qur’an, sekolah diniyah, pondok pesantren, dsb. Sebagaimana dikatakan oleh Yusup M bahwa pemisahan pendidikan berdasarkan dua kategori, formal (pendidikan umum) dan informal (pendidikan agama) dapat menimbulakan ketidakseimbangan. Dampaknya, ulama-ulama menganggap bahwa ilmu pengetahuan umum atau sains menjadi kurang penting, atau mungkin memusuhinya. Sedang para ilmuwan menjadi mengacuhkan agama. Jika hal ini tetap berlanjut, bagaimana negara bisa menjadi maju karena iman dan akhlak tidak dikembangkan besama dengan ilmu pengetahuan.
Dalam Al Qur’an sudah jelas bahwa manusia diciptakan untuk beribadah kepada Alloh (Adz Dzaariyaat 51:56). Dengan demikian, tentu saja dalam mencari ilmu pengetahuan sebagai proses pendidikan tidak boleh dipisahkan dari tujuan beribadah untuk memupuk iman serta akhlakul karimah. Padahal, tujuan pendidikan sendiri dalam Undang-Undang RI no.20 tahun 2003 adalah mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta dididik secara aktif untuk mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian cerdas , akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya , masyarakat, bangsa dan negara. Pemerintah harus mulai mempertimbangkan untuk tidak memisahkan antara pendidikan agama dengan sains supaya tyjuan utama pendidikan nasional dapat tercapai.
Harun Nasution dalam Umam, H.K mengatakan bahwa pendidikan berkaitan erat dengan pembentukan akhlakul karimah atau moral yang kuat sebagai bagian dari iman. Selain itu, Nurcholis Madjid juga mengkritisi bahwa pendidikan itu lebih ditujukan pada pembentukan karakter batiniyah yang juga tak lepas dari  rekonstruksi moral dengan tujuan membentuk manusia yang berpikiran bijaksana serta cerdas. Tujuan utama dari pendidikan itu sendiri adalah membentuk manusia yang bertakwa kepada Penciptanya, dengan kata lain mematuhi segala perintah serta menjauhi laranganNya. Jika manusia sudah mempunyai ketakwaan yang tinggi, tentu saja mereka sudah mampu untuk menjadi khalifah yang dapat menjaga dan melestarikan bumi ini. Manusia menjadi menghargai semua ciptaan Alloh, melestarikan lingkungan, mengoptimalkan penggunaan SDA, serta mampu menjadi pemimpin bangsa yang bijaksana, adil, serta berwibawa. Tentu saja itu semua menjadi harapan yang sangat ditunggu-tunggu.
Cara yang efektif untuk menciptakan hal itu semua adalah dengan mengajarkan ilmu pengetahuan secara islami. Di awal sudah dibahas bahwa ilmu pengetahuan dan agama tidak bisa dipisahkan. Jadi, dalam pengajarannya, nilai–nilai yang terkadung dalam islam bisa diimplementasikan ke dalam pengajaran  sains atau ilmu pengetahuan umum lainnya. Misalnya ketika guru mengajarkan biologi. Ketika ia menerangkan tentang alam, guru tersebut bisa memberikan pengajaran islami berupa pensyukuran atas karunia Allah SWT yang sangat besar dengan terciptanya alam semesta beserta isinya. Dengan demikian, guru tersebut sudah menyampaikan tujuan utama dari pembelajaran sains; menyampaikan pengetahuan eksakta sembari menanamkan jiwa islami untuk bersyukur serta menjaga apa yang telah Allah anugerahkan. Tentu saja hal ini juga memperkuat tujuan utama penciptaan manusia sebagai khalifah di bumi dengan tugas-tugasnya.
Selain itu, ilmu pengetahuan selalu berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan jaman. Tentu ini merupakan tantangan bagi bangsa untuk mampu beradaptasi dengan IPTEK yang berkembang sangat cepat. Kiranya ini juga merupakan tantangan bangsa dengan adanya degradasi moral. Pendidikan Islami bisa menjadi jalan keluar. Namun, pendidikan Islami juga harus mampu mengikuti perkembangan jaman saat ini. Jangan menggunakan metode yang sudah inappropriate sebagai dasar pengajaran ilmu pengetahuan. Hujair AH. Sanaky mengatakan bahwa pendidikan Islam harus ditujukan terhadap kenutuhan masyarakat saat ini yang sudah modern. Sehingga pendidikan Islami juga harus dihias untuk dapat diterima di era modern ini. Hal ini ditujukan untuk mempermudah masyarakat memahami pentingnya agama dan ilmu pengetahuan.
Pendidik juga berperan penting dalam penciptaan kondisi belajar yang islami demi meraih tujuan yang sudah deijelaskan di awal. Disini pendidik berkontribusi dalam menyampaikan ilmu pengetahuan kepada para murid. Pendidik sebagai penghubung antara jalan ilmu pengetahuan dengan tholibul ilmi (pencari ilmu). Dengan demikian, peran pendidik sangatlah penting demi kesuksesan pendidikan di negara ini.
Namun, pendidik yang dibahas disini bukanlah pendidik sembarangan. Pendidik yang dimaksud adalah pendidik yang benar-benar berkompeten dalam bidangnya serta mempunyai ilmu agama yang kuat juga. Sehingga apa yang disampaikan kepada murid, dapat membentuk intelektual serta spiritualnya.
Adapun metode pengajaran yang bisa digunakan oleh pendidik untuk menyampaikan ilmunya dapat merujuk pada pendapat Harun Nasution, yaitu
1.      Pemberian contoh yang baik
                 Adapun hal ini terkait dengan sifat Rasulullah sebagai uswatun hasanah. Sebagai pendidik, sangat penting untuk selalu memberi contoh baik kepada muridnya, sehingga mereka bisa memetik buah dari ilmu serta didikan yang telah diajarkan. Pemberian contoh yang baik sangatlah penting karena pendidik merupakan acuan murid untuk mencari ilmu serta bertanya tentang masalah-masalah yang dihadapi. Sebagaimana dalam istilah jawa, guru itu digugu lan ditiru (diperhatikan dan dicontoh), sehingga penting bagi pendidik untuk dapat mengajarkan serta menyontohkan apa yang terkandung dalam Al Qur’an serta Al Hadits. Jika pendidik memberi contoh yang baik, niscaya sang murid akan menjadi baik. Namun, jika pendidik memberi contoh yang buruk, murid pun akan mengikuti apa yang pendidik itu contohkan.
2.      Menasihati secara bijaksana
Nasihat sangat penting dalam meluruskan hal yang salah. Selain itu nasihat merupakan obat yang mujarab sebagai pemecahan masalah. Alloh telah berfirman dalam surah Al ‘Ashr 103 bahwasanya orang yang orang yang beruntung (tidak merugi) adalah orang-orang beriman, beramal sholeh, serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Tentu sudah jelas bahwa nasihat itu merupakan jalan pembimbing menuju keberuntungan. Pendidik yang bisa memberi nasihat kepada muridnya adalah pendidik yang mampu membimbing muridnya menjadi berakhlaqul karimah, beriman, serta berintelektual. Tentu ini bukan hal yang mudah. Namun, jika diusahakan, semua pasti bisa terwujud.
3.      Pemberian bimbingan moral dan spiritual
Sudah disinggung di awal bahwa tujuan utama pendidikan Islami merupakan perbaikan moral yang disambi dengan pengembangan intelektual. Jadi, pendidik harus mampu menstimulus murid untuk selalu bertakwa kepada Alloh serta mengembangkan ilmu pengetahuan demi kemajauan bangsa dan negaranya. 
4.      Tanya jawab dan Diskusi
Hal ini dimaksudkan murid bisa mengungkapakan keheranan atau keingintahuannya sehingga ia bisa mendapatkan jawaban yang benar dari pendidik ataupun teman-temannya. Dengan diberinya murid kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi, diharapkan mereka bisa berpikir kritis serta mampu menarik kesimpulan dari pemecahan masalah. Pendidik harus mampu memegang kendali diskusi ataupun tanya jawab, dengan arti pendidik mampu memberi solusi yang benar-benar haq serta bisa diterima oleh murid-muridnya. Dengan demikian, murid menjadi tahu mana yang benar, yang harus dikerjakan, serta mana yang salah, yang harus ditinggalkan.
Disamping itu semua, kriteria pendidik juga perlu diperhatikan. Harun Nasution menganalisis bebarapa kriteria pendidik yang baik, antara lain mampu menjadi teladan yang baik, memiliki pengetahuan yang kuat, berwawasan luas, baik tentang agama atau pun ilmu pengetahuan terkini, serta mampu memberi didikan yang sesuai dengan Al Qur’an sehingga tujuan utama dari pendidikan dapat tercapai secara memuaskan.
Dengan demikian, cukup jelaslah bahwa pendidikan Islami sangat bermanfaat bagi pencapaian tujuan utama Pendidikan Nasional. Selain itu, pendidikan Islami dapat menjadi senjata utama untuk penyeimbangan iman dan intelektual, serta perbaikan akhlak bangsa. Adapun yang perlu diperhatikan demi berjalannya pendidikan Islami secara optimal yaitu metode pengajaran, penyesuaian dengan perkembangan jaman, serta pendidik sebagai kunci utama dalam menjalankan misi-misi pendidikan Islami itu sendiri. Jika masyarakat sudah memiliki keseimbangan iman dan intelektual serta berakhlaqul karimah, niscaya mereka bisa mengembangkan SDM-nya dan mengoptimalkan pemanfaatan SDA demi kemashlahatan bangsa dan negaranya. Sehingga, tercapailah tujuan penciptaan manusia sebagai khalifah, pemimpin serta pemelihara bumi tercnta ini.
Referensi
1979-1980. Al Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Depertemen Agama Republik Indonesia
Yusup, M, S. Pd. Konsep Pendidikan Dalam Islam. Artikel
Umam, H. K, M. Pd. Menelusuri Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam Indonesia. Esai
Sanaky, H. AH. Studi Pemikiran Pendidikan Islam Modern.Esai
Sanaky, H. AH. Konsep Manusia Berkualitas Menurut Al Qur’an dan Upaya Pendidikan. Esai
Khan, M. W. Importance of education. Islamic Research Bureau (IRB)
dr. Liza. 2007. Konsep Pendidikan Manusia Dalam Filsafat Pendidikan Islami. Cirebon: STAIN Cirebon
Supriyanto, D. 2008. Pendidikan Dalam perspektif Al Qur’an. Artikel.
Toer, P. A. 2008. Bumi Manusia Cetakan Ke-13. Jakarta: Lentera Dipantara


Untuk bentuk PDF, download esai ini!

Tidak ada komentar: