Rabu, 06 Oktober 2010

Opinion Article

Jangan Takut Jadi Guru


“Kawan, dirimu besok mau ngelanjutin kemana?”
“Tentu saja kedokteran lah, percuma kan kalau pinter ga’ jadi dokter”.
“Mengapa tidak mau jadi guru saja, kan sayang kalau kamu punya ilmu tapi tidak kamu ajarkan kepada orang lain”.
“Ogah ah jadi guru, ntar hidup susah. Gajinya sedikit. Masa orang pandai harus hidup susah”.
“Lho, kan sekarang sudah ada sertifikasi”.
“Tetap saja, yang namanya guru itu sudah dianggap perkerjaan yang kurang bergengsi”.

Percakapan yang terjadi antara siswa SMA yang akan lulus di atas menggambarkan bahwa menjadi guru merupakan profesi yang tidak digemari dan dianggap kurang bergengsi.
Apakah setiap pekerjaan harus bergengsi? Memang harus, karena pekerjaan yang bergengsi lebih dipandang oleh masyarakat. Selain itu juga pekerjaan yang bergengsi juga dapat menjamin hidup kita lebih layak. Banyak orang yang pekerjaannya seperti dokter, polisi, pejabat, ataupun pengusaha hidup secara layak. Bahkan ada yang berlebihan. Namun, apakah dengan mencari pekerjaan yang bergengsi harus menyampingkan pekerjaan yang mulia? Seperti guru misalnya, yang merupakan penghubung ilmu pengetahuan dengan manusia.  Guru memberi kontribusi yang sangat bernilai bagi kehidupan masyarakat. Gurulah yang mendidik siswa menjadi orang yang sukses. Gurulah yang mendidik siswa menjadi orang yang berkelakuan baik. Gurulah yang mendidik setiap orang yang haus ilmu meraih cita-citanya. Guru merupakan pendukung utama pengembangan pendidikan bangsa.
                        Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi pembangunan suatu negara karena pendidikan dapat meningkatkan mutu SDM yang merupakan pondasi bagi kebangkitan perekonomian. Menurut Maulana Wahiduddin Khan, dari Islamic Research Bureau (IRB) ada dua alasan mengapa pendidikan sangat penting. Pertama, pendidikan menunjang pembentukan pola pikir manusia yang berdasarkan kebenaran serta peninjauan manfaat. Manusia yang berpendidikan, dapat mengolah apapun menjadi bermanfaat. Hal ini dapat menunjang pembangunan negara jika rakyatnya dapat mengolah SDA secara optimal. Kedua, dengan pencapaian pendidikan, manusia bisa menerima informasi penting dari luar maupun dalam yang bisa membuatnya berwawasan luas. Manusia berpendidikan dapat memperkenalkan dirinya kepada dunia luar serta mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.
            Kita bisa melihat kekuatan pendidikan bisa membangun suatu negara dari kisah Negara Jepang yang mampu bangkit dari keterpurukan setelah Amerika Serikat menjatuhkan bom atom ke Hiroshima dan Nagasaki. Dalam keterpurukan itu, Jepang sadar akan pentingnya peningkatan mutu pendidikan. Pelajar-pelajar Jepang dikirim ke luar negeri untuk menimba ilmu yang mana besok bisa diterapkan untuk membangun negaranya kembali. Hal ini sangatlah luar biasa karena dari pendidikan, Jepang bisa menjadi Negara yang sangat maju seperti saat ini.
Dari penjelasan di atas, kiranya bisa membuka pikiran kita bahwa pendidikan mampu memberi kekuatan pada suatu negara. Dan pastinya pendidikan tak lepas dari peran guru. Bahkan, guru merupakan kunci utama dalam mendidik dan memajukan pendidikan bangsa. Namun, apakah yang membuat ragu masyarakat untuk memilih profesi sebagai guru?
 Kalau dilihat dari dampak yang timbul pada profesi guru, tentunya manfaat yang besar yang akan diperoleh. Padahal menurut Hywel Coleman, dari Universitas Of Leeds, guru merupakan profesi yang menyenangkan. Selain itu Andrew Ho, seorang pengusaha dan motivator, juga mengatakan bahwa mejadi guru itu membahagiakan.
Mengapa menjadi guru bisa menyenangkan dan membahagiakan? Kita tahu bahwa guru merupakan pekerjaan yang jam kerjanya lebih sedikit dibanding kerja kantoran, sehingga waktu luang untuk beristirahat menjadi lebih banyak. Apalagi jika yang diajar adalah anak-anak SD yang imut serta lucu. Tentu saja itu bisa menjadi obat stres paling mujarab. Senyum serta tingkah lucu anak-anak dapat menghilangkan perasaan jengkel terhadap masalah. Selain itu, menjadi guru akan sangat membahagiakan jika kita bisa menolong siswa yang tidak paham pelajaran menjadi mengerti, bisa membangkitkan semangat siswa yang putus asa, bisa dihargai dan dihormati oleh para siswa, bisa mendidik siswanya menjadi manusia bermoral dan berguna, serta selalu dikenal oleh alumni-alumni yang telah dididik. Sebagaimana Storm Jameson mengatakan bahwa “Kebahagiaan berasal dari kapasitas untuk merasakan, menikmati, berpikir bebas, menghadapi resiko hidup, dan menjadi dibutuhkan”.  
Mungkin yang masih menjadi penghalang masyarakat enggan untuk menjadi guru adalah masalah pendapatan yang relatif lebih sedikit didapatkan dibanding menjadi seorang pengusaha. Namun, sekarangkan pemerintah telah mencanagkan program sertifikasi guru yang bertujuan untuk menciptakan guru profesional, meningkatkan mutu pendidikan dan martabat guru. Tentunya ini merupakan kabar gembira dimana guru tidak akan lagi di pandang sebagai profesi murahan. Guru yang bersertifikasi akan mendapatkan tunjangan yang bisa dibilang menggiurkan serta kenaikan gaji.
Ada juga Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang juga dari pemerintah, yang bertujuan mempersiapkan guru professional sejak dini. Hal ini harus disambut dengan positif karena pembentukan kualitas guru yang lebih dini dapat meminimalkan tenaga dan materi. Berbeda dengan pembentukkan kualitas guru dari guru-guru yang lama. Paradigma mereka mengenai pengajaran secara tradisional sulit untuk diubah karena apa yang mereka lakukan selama bertahun-tahun sudah dirasa sesuai dan tidak harus diubah lagi dengan metode-metode baru. Padahal, yang namanya ilmu pengetahuan itu selalu berkembang sehingga cara menyampaikannya pun juga harus sesuai dengan perkembangan jaman.
Dengan demikian, janganlah ragu untuk memilih profesi sebagai guru. Ditimbang dari manfaat serta kontribusi yang diberikan, kiranya guru merupakan pilihan tepat untuk memajukan negara sendiri. Kalau pemerintah saja memperhatikan nasib guru, mengapa kita harus takut untuk menjadi guru?


Tidak ada komentar: