Rabu, 06 Oktober 2010

Artikel Ilmiah

Profesi Guru Itu Memuaskan Berdasarkan
Teori Hierarki 5 Kebutuhan Dasar Maslow


http://www.careerdirectives.com/images/purestock_1574r-0525.medium_y8us.jpgGuru seringkali dianggap sebagai pekerjaan rendah, karena beberapa faktor seperti seperti gaji rendah serta kurangnya kualitas guru yang sesuai dengan pasal 39 UU No. 20/2003 yang menyatakan bahwa guru harus mampu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,melakukan penelitian, dan melakukan pengabdian masyarakat. Gaji guru yang sudah menjadi PNS rata – rata adalah 1– 2 juta per bulan (Kompas, 12 Januari 2009). Padahal, idealnya guru itu mendapat gaji 5 juta per bulan seperti guru – guru di Malaysia (Berita Bali, 16 April 2008). Selain itu, kelayakan guru mengajar juga masih diragukan. Lebih dari setengah persen guru SD tidak layak mengajar dan 40% guru SMP SMA kurang layak mengajar (Shiddiq, 2006). Hal – hal tersebut yang membuat masyarakat menganggap bahwa menjadi guru itu tidak menyenangkan. Seperti istilah yang sering kita dengar di masa lalu, “kalau ingin kaya, jangan jadi guru” dan “guru pahlawan tanpa tanda jasa”. Kedua slogan itu sangat tidak tepat serta meremehkan profesi guru. Guru merupakan salah satu pekerjaan yang berperan penting dalam memberi kontribusi bagi pendidikan di Indonesia. Jika guru dianggap tak berjasa, bagaimana mungkin masyarakat akan berminat untuk menggeluti bidang ini, terlebih dengan stimulus bahwa guru calon orang miskin. Hal – hal seperti ini harus segera diklarifikasi.
             Sebenarnya, menjadi guru bisa menyenangkan jika dikaitkan dengan teori Maslow yang menjelaskan 5 kebutuhan dasar manusia yang berkaitan erat dengan kepuasan terhadap pekerjaan yang sedang digeluti. Hal lain yang membuat profesi guru menjadi memuaskan adalah setelah dicanangkannya sertifikasi yang bertujuan meningkatkan martabat guru. Namun, penulis akan menitikberatkan pembahasannya dalam terkaitnya kepuasan kerja dengan teori Maslow. Masalah yang akan dibahas dalam artikel ini yaitu mengapa profesi guru bisa menjadi memuaskan sesuai dengan teori 5 Kebutuhan Dasar Maslow?
Berdasarkan teori Maslow dalam Yahaya (2008), ada 5 macam kebutuhan mendasar manusia, yaitu kebutuhan fisologis dan biologis, kebutuhan keamanan dan keselamatan, kebutuhan kasih sayang dan kepemilikan, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri.
Kebutuhan fisiologis
Yang dimaksud kebutuhan fisiologis disini berupa semua hal yang berkaitan dengan kebutuhan hidup sehari – hari dan bisa dikatakan berkaitan erat dengan material. Yang termasuk dalam kebutuhan fisiologis seperti sandang, pangan, papan, olah raga, tidur, maupun reproduksi. Hal – hal seperti itu bisa didapatkan jika sesorang mempunyai pendapatan. Pendapatan atau gaji yang diperoleh bisa digunakan untuk membeli barang – barang kebutuhan sehari – hari. Guru pun mampu untuk melakukan itu karena menjadi guru juga mendapatkan gaji. Namun, apakah dengan gaji itu, manusia akan merasa puas? Berdasarkan teori 2 faktor dari Frederick Herzberg dalam Miner (2005), gaji bukanlah faktor pemuas seseorang terhadap pekerjaannya. Jika gaji naik, sesorang akan puas di awal saja. Setelah itu, ia akan merasa biasa. Dengan demikian, pendapatan atau gaji bukanlah faktor yang dapat memuaskan sesorang, tetapi kebutuhan sehari – hari yang terpenuhilah yang mampu membuat orang puas pada pekerjaannya. Sehingga profesi guru mampu memuaskan sesorang terhadap pekerjaannya selama gaji yang guru peroleh cukup untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Kebutuhan keamanan dan keselamatan
Keamanan dan keselamatan  berkaitan dengan kebutuhan jasmani maupun rohani dimana seseorang terhindar dari perasaan terancam, stres, ataupun tindak kejahatan. Menjadi guru memang tidak selamanya menjamin kita terhindar dari hal – hal yang demikian. Namun, menjadi guru dapatlah meminimalisasi resiko terhadap stres. Sebagaimana dinyatakan oleh seorang guru, Asep, dalam blognya (22 Agustus 2009) bahwa menjadi guru adalah pekerjaan yang sangat menyenangkan, karena ia bisa berinteraksi langsung dengan para siswa dan saling sharing. Selain itu juga karena ia mengajar anak – anak kecil yang imut, ia jadi merasa mendapatkan kesegaran dan kehangatan ketika mengajar mereka.  
Resiko untuk mendapatkan ancaman dari orang lain pastilah ada, bahkan bagi guru sekalipun, ancaman bisa saja datang dari sesama guru ataupaun siswa. Namun, hal itu tidak akan terjadi jika hal baik dimulai dari diri sendiri, terlebih sebagai guru. Sebagaimana dijelaskan oleh Yudha (2009) ada beberapa aspek penting yang harus ada dalam jiwa seorang guru, antara lain fleksibel; luwes, tidak kaku, memahami kondisi anak didik, respek; menghargai siswa serta sesama guru, lembut; bisa menjaga emosi, serta empatik; memahami kebutuhan siswa. Jika semua itu bisa dipenuhi, hal – hal positif dari orang lainlah yang akan kita terima. Intinya, jika menjadi guru yang baik, pasti orang lain akan memberikan perlakuan yang baik pula.
Kebutuhan kasih sayang dan kepemilikan (kebutuhan sosial)
Yang dimaksud kebutuhan kasih sayang dan kepemilikan adalah hal – hal yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial. Contoh kebutuhan kepemilikan dan kasih sayang seperti memiliki keluarga yang saling peduli, mendapatkan perhatian dan memperhatikan orang lain, dan mendapatkan interaksi positif dengan teman sepekerjaan dan lingkungan (Strong & Fiebert, 1985). Begitu juga dengan guru sebagai manusia, pasti juga membutuhkannya. Namun, di lingkungan sekolah, kebutuhan ini sudah tersedia. Guru bekerja mendidik dan mengajar siswa, tentu saja tak akan lepas dari interaksi dengan siswa sebagai objek pengajarannya. Setiap hari, interaksi antara guru dengan guru serta siswa dengan guru selalu terjadi di sekolah. Selain itu, di lingkungan sekolah, suasana kekeluargaan terasa lebih hangat karena guru dianggap sebagai orang tua kedua dan murid sebagai anak. Dengan begitu, kebutuhan sosial guru dapat terpenuhi.
Kebutuhan Penghargaan
Hal – hal yang terkait dengan kebutuhan penghargaan antara lain mendapat apresiasi dari orang lain, pengakuan akan prestasi, serta merasakan apa yang dilakukan itu bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain (Pardee, 1990, Strong & Fiebert, 1985). Jika guru mampu memberikan perhatian serta simpati yang besar kepada semua anak didiknya, maka penghargaan yang akan didapatkan dari setiap siswa – siswanya. Guru yang mampu mendapat prestasi seperti guru teladan juga bisa mendapatkan penghargaan. Selain itu, guru yang bersertifikasi juga mampu menjadi objek penghargaan orang lain karena sertifikasi guru menunjukkan guru yang berkualitas dan professional. Jika dilihat – lihat, guru merupakan profesi yang dibutuhkan dalam mengembangkan pendidikan di Indonesia. Jadi keberadaannya sangatlah dibutuhkan dan berguna. Ini merupakan hal yang patut dihargai dari profesi guru. Dengan demikian, profesi guru dapat memberi kesempatan yang cukup besar untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain.
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Yang dimaksud aktualisasi diri adalah keinginan untuk bertindak sesuai dengan bakat, minat, serta kemampuannya. Pardee (1990) menyatakan bahwa kebutuhan aktualisasi diri identik dengan hasrat untuk menunjukkan potensi yang dimiliki serta keinginan untuk menjadi lebih dari sekedar yang didapatkan. Gurupun bisa melakukannya karena menjadi guru itu sangat fleksibel dalam arti guru tidak terhalang untuk berkreasi serta beraksi. Guru dapat membuat metode – metode pengajaran baru yang menyenangkan, namun tidak menyampingkan kurikulum dari pemerintah. Guru pun bisa berkreasi membuat karya seni di waktu senggang sehingga kreatifitas guru tidak terkubur. Selain itu, guru bisa beraksi dan beratraksi tanpa meninggalkan etika pendidikan. Guru bisa jadi penyanyi, pelukis, pengusaha, ataupun yang lain.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa guru itu adalah pekerjaan yang menyenangkan dan memuaskan karena dapat memenuhi 5 kebutuhan dasar manusia berdasarkan teori Maslow. Dilihat dari sisi gaji, memang guru masih kalah dengan pegawai negeri ataupun pengusaha / bisnisman (Indonesia Salary Handbook, 2009/2010). Namun, telah dijelaskan bahwa gaji bukanlah faktor pemuas seseorang terhadap pekerjaannya berdasarkan teori 2 faktor dari Herzberg. Maka dari itu, kesenangan dan kepuasan menjadi guru tidak bisa dipandang dari pendapatan yang diperoleh, melainkan dari kebutuhan yang telah terpenuhi, prestasi yang dicapai, dan pengakuan lingkungan bahwa guru itu sangat dibutuhkan.

Refrensi
Kelly Services. Inc. (2009). Indonesia Employment Outlook and Salary Guide       2009/2010. Jakarta: Kelly Services. Inc. Diunduh dari    www.kellyservices.co.id.
Miner, J. B. (2005). Organizational Behavior I: Essential Theories of Motivation and         Leadership. M. E. US: Sharpe. Inc. Google ebook.
Pardee, R. L. (1990). Literature Review. Motivation Theories of Maslow, Herzberg,          McGregor & McClelland. Analisis Informasi. Laporan umum, Februari, ed       316 767. Disuplai oleh EDRS, 24 halaman. Diambil dari www.eric.ed.gov.
Sekretaris Republik Indonesia. (2003). UU RI No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem            Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretariat Republik Indonesia.
Shiddiq, M. (2006). Pendidikan Di Indonesia: Masalah dan Solusinya. Disampaikan          dalam Seminar Nasional “Potret Pendidikan IndonesiaAntara Konsep, Reality,          dan Solusi”, diselenggarakan oleh Forum Ukhuwah dan Studi Islam (FUSI)     Universitas Negeri Malang, Mei.
Strong, L. L., & Fiebert, M. S. (1985). Using Paired Comparison to Assess Maslow’s        Hierarchy of Needs. Laporan Riset, Laporan Konferensi ed 264 472,        dipresentasikan pada konvensi tahunan American Psychological Association     (APA) ke-93, Los Angeles, CA, 23 – 27 Agustus. Disuplai oleh EDRS, 10 halaman. Diambil dari www.eric.ed.gov.
Yahaya, A. (2008). Abraham Maslow: The Needs Hierarchy. Artikel pendidikan.   Universitas Teknologi Malaysia. Diambil dari http://eprints.utm.my/6091/.
Yudha, A. (2009). Kenapa Guru Harus Kreatif ?. PT. Mizan Pustaka: Bandung

Untuk file PDF, silakan klik berikut!

Tidak ada komentar: